Ikatan itu bernama pernikahan

image

My silver-gold wedding ring

Ve : Mbak, gini setelah nikah bosen nggak sama suami?
Me : Ya nggak lah… ga ada namanya bosen… malah nyariin kalo ga ada
Ve : Pernah berantem? Ato ngambek gitu?
Me : Oh ya pasti pernah, justru kalo datar malah aneh
Ve : Pernah nggak ada masalah misal keuangan ato keluarga?
Me : Ya kadang ada aja, tapi Allah pasti kasih rizki untuk yang sudah menikah
Ve : Aku kadang takut, merasa belum siap nikah…

Itu sekelumit percakapanku dengan seorang teman sekantor. Sebagai sesama wanita kadang kami saling bertukar cerita.

Menikah… ya memang ketika dihadapkan dalam pernikahan, sering dalam hati mempertanyakan kesiapan diri
Sudah siapkah aku?
Sanggupkah aku menjadi istri yang baik?
Apakah nanti gaji kami tidak cukup untuk biaya hidup?
Dan banyak lagi yang lainnya (nada bang haji..hehe)

Dan kawinkanlah orang yang sendirian di antara kamu dan hamba sahayamu yang pantas kamu nikahi. Jika mereka miskin maka Allah akan memberi kemampuan kepada mereka dengan karunia-Nya
– QS An Nur : 32 –

Rasulullah SAW bersabda”Apabila seorang laki-laki menikah, maka sesungguhnya dia telah menyempurnakan setengah agamanya, maka hendaklah dia selalu bertakwa kepada Allah dalam menyempurnakan detengah yang lainnya
-HR. Thabrani-

Pasti masih banyak dalil lain yang menyebutkan betapa manfaat menikah, yang belum tertuang di sini.
Memang banyak hal baru yang akan kita jumpai setelah menikah. Karena menikah memang bukan akhir dari petualangan cinta, melainkan awal dari sebuah perjalanan hidup yang baru. Dengan separuh agama dalam genggaman tangan, dan tanggung jawab yang menyertai kata “Qobiltu”.

Yang harus diyakini bahwa Allah akan meluaskan rizki kita (awalnya rizki satu orang, trus dua orang digabung.. jadi banyak.. hehe).
Akan ada rasa tenang, rasa berkasih sayang. Memang, jatuh cinta hanyalah pada permulaan sebuah hubungan. Yang memeliharanya adalah kasih sayang (kata pak Mario Teguh ini).

Pernikahan merupakan perjanjian yang agung, yang sangat berat (mitsaqan ghalidza). Namun jika dijalankan dengan sungguh-sungguh dan penuh keinsyafan (cuplikan naskah sumpah apoteker ini) di jalan Allah, tak akan terasa memberatkan.

Kadang tak dipungkiri akan ada rasa jenuh, rasa ingin marah pada pasangan. Namun yang perlu diingat, bahwa dia yang telah Allah ciptakan untukku sebagai teman hidup. Maka persahabatan dan kasih sayanglah yang selayaknya kita bagikan. Bersama, “saling” dalam segala hal..

Hanya 5 menit…
Yang haram menjadi halal
Yang laknat menjadi nikmat
Yang dosa menjadi pahala
Yang murka menjadi barokah

Maka, kenapa harus takut menikah? 🙂

-Isya’, menanti suami ditemani rintik gerimis-