Lentho

Lentho

Bisa dibilang ini makanan khas Surabaya-Sidoarjo. Biasanya sebagai sandingan atau pelengkap makanan semacam Lontong Balap atau Lontong Kupang. Ada beberapa versi, nah ini versi rumahan ku..

Begini ceritanya…
Bahan:

  • kacang tolo/kc.hijau yg sdh direndam semalam
  • sepotong kelapa parut
  • terigu q.s. biar ga ambyar (lbih enk klo ad singkong diparut, tp susah)

Bumbu :

  • bawang merah (8)
  • bawang putih (8)
  • cabe rawit (3) *opsional
  • kencur 2ruas kelingking
  • ketumbar 1sdm
  • daun jeruk 3lbr
  • gula secukupnya
  • garam secukupnya

Cara pembuatan

  1. Kacang dihaluskan, bisa diulek (aku suka agak kasar) ato diblender sesuai selera.
  2. Semua bumbu dihaluskan
  3. Campur kacang, bumbu, kelapa parut, terigu
  4. Dah tinggal dibentuk sesuai selera.. 😁

Beberapa ada yang suka bumbu lengkap dengan tambahan lengkuas, jahe, cabe merah

But Well this is my homemade version of Lentho

Selamat mencoba 🥰

Nugget Una Ver.02

Finally kembali menulis di blog ini..

Sebelumnya, saya sudah pernah share resep nuget Una versi kukus. Sekarang ini versi non kukus, dan tanpa tepung atau telur di adonannya.

Versi kukus selengkapnya di Nugget Una

Here we go..

Bahan :

  • Daging ayam 500g
  • Roti tawar 4 lembar
  • Bw putih 5 siung
  • Garam 1sdt (qs)
  • Merica bubuk 1sdt (qs)
  • Penyedap 1sdt (qs)
  • Gula 3-4 sdt (qs)
  • Kecap asin 1sdt
  • Wortel 1-2 (diparut)

Semua bahan kecuali wortel dihaluskan bersama, kecuali wortel yang diparut terpisah baru kemudian dicampurkan ke dalam adonan. Selanjutnya dibentuk sesuai selera dan diletakkan dalam loyang untuk masuk freezer minimal 1 jam.

Setelah 1 jam di freezer, maka dikeluarkan dan dibalut dengn bahan berikut :

  • terigu
  • kocokan 2 telur+uht 50ml+ garam merica qs
  • tepung roti/bubble crumbs

Nugget siap digoreng atau masuk kembali ke dalam freezer untuk stok frozen food..

Selamat mencoba..

Versi kribo alias bubblecrumbs

diproses dengan berfikir sampai kapan masih akan terus membuatnya? Mungkin hingga anak-anak tak lagi inginkannya

Mac n Chili

Sebut saja Mac n Chili

Mac n Chili
(Sebut aja begitu)
Sudah lama rasanya ingin masak pasta, tapi sayangnya sebelumnya penduduk rumah tidak ada yang doyan. Nekat coba dengan bumbu sesuai kearifan lokal. Eh malah approve.

Sebenarnya kurang lebih bumbunya mirip dengan pepes udang, hanya tanpa kemiri.

Baca : Pepes Udang

Bahan :
1. Pasta (kebetulan pke Fusilli) kira2 td 50g
2. Sosis 3 pcs (sesuai selera) dipotong2 kecil
3. Telur 1 butir
4. UHT full cream 125ml

Bumbu :
A. Halus
1. Bawang putih 3
2. Bawang merah 3
3. Cabe merah 1
4. Cabe rawit 1
5. Tomat 1
6. Gula sesuai selera
7. Garam sesuai selera

B. Tumis
1. Bawang putih 1 cincang
2. Bawang bombay 1/4 butir cincang

Cara pembuatan :
1. Haluskan bumbu A
2. Rebus pasta hingga lunak, tambahkan minyak di air rebusan agar tidak lengket
3. Tumis bumbu B
4. Masukkan bumbu halus, aduk ad homogen
5. Masukkan sosis, aduk ad homogen
6. Masukkan UHT, aduk ad homogen
7. Masukkan pasta yang telah direbus, aduk homogen
8. Masukkan telur kocok, aduk homogen hingga telur matang

Selamat menikmati Mencoba..

-in Saturday Night, enjoying my dinner with pasta-

Sawang Sinawang

And no one has a perfect life

Urip kuwi mung Sawang Sinawang

  • Enak ya kamu kerja, punya duit sendiri
  • Enak ya kamu pingin apa bisa kesampaian
  • Enak ya kamu support system keluarga bagus banget
  • Enak ya kamu kerja tinggal melangkah aja
  • Enak ya kamu anaknya lucu dan gendut gitu
  • Enak ya kamu….
  • Enak ya kamu..
  • Enak ya kamu…

Siapa yang mau tambahin lagi ya… (“,)

Kira-kira begitulah yang sering kita dengarkan di tiap obrolan, atau mungkin hanya saya ya yang sering dengar begitu? Tidak saya pungkiri, bahwa memang seringkali banyak dari kita merasa bahwa apa yang kita alami rasanya paling buruk, paling melelahkan, serta selalu kurang jika dibandingkan dengan teman, tetangga, atau kerabat.

Kadang kita terlalu fokus melihat ke depan, sejauh mata memandang, apa yang tampak dari luar. Kita sering lupa bahwa ada hal lain, ada sisi lain dari tiap lembaran hidup manusia. Kita tidak tahu sebesar apa masalah yang dihadapi, atau bahkan disembunyikan dari tiap senyuman. Kita juga tidak pernah thu, berapa tetes air mata yang jatuh di balik tiap canda tawa yang terlontar.

Who knows???

Just be kind, because everyone we meet is fighting a battle we know nothing about. We just don’t know how is their 24 hours life a day and 7 days a week.

Kita tidak benar-benar berada dan merasakan berjalan dengan sepatu mereka. Jadi kurang bijak rasanya jika menilai orang lain dengan kacamata kita. akan lebih baik mencoba fokus pada diri kita, tidak hanya hal-hal yang dirasa “tidak enak” atau tidak sesuai dengan keinginan, tapi belajar juga menghitung apa saja yang telah dimiliki dan bisa disyukuri.

-in the rainy evening, loking the rain that fall down to the earth-

Pepes Udang

Pepes udang tahu yang sudah dikeluarkan dari daun pembungkus untuk mengurangi keruwetan sebelum makan

Yuuhuu.. Setelah beberapa purnama, akhirnya kembali mengisi pos blog yang mungkin sudah berdebu kalau dia benda.

Ceritanya, sejak Una sekolah SD, setiap hari saya membuatkan bekal untuk snack dan makan siangnya. FYI, Una sekolah dari jam 07.00 – 15.00, dengan dua kali waktu istirahat yaitu 09.30 – 10.00 untuk snack time dan 12.00 – 13.00 untuk ishoma.

Sebagai referensi medu, agar suatu saat blank mau buat bekal apa, saya selalu foto dan posting foto di IG @yulia.6789 untuk kemudian dsimpan sebagai highlight agar mudah mencari.

Dari situlah, beberapa teman dan sahabat, menanyakan beberapa resep makanan, salah satunya Pepes Udang ini. Ini bisa dibilang comfort food ny Una, yang mana tidak akan ditolak dan insyaAllah selalu habis tak bersisa (kecuali saya buat bumbunya terllau pedas kalau khilaf hehe). Selain ini, ada juga Nugget yang sudah adi pilihan utama diantara nugget lainnya..

Resepnya bisa dilihat di Nugget Una

Ini Pepes Udang versi saya. Dalam perbandingan perkiraan ya,

Formula a.k.a. bahan-bahan :

  1. Udang dikupas kulitnya
  2. Tahu dipotong kecil2
  3. Bawang putih (5)
  4. Bawang merah (5)
  5. Kemiri (2)
  6. Cabe merah (2)
  7. Cabe rawit (blh skip)
  8. Tomat (1)
  9. Gula garam sesuai selera

Sebenarnya semuanya sesuai selera ya 😁 kalau orang farmasi bilang q.s. serta beberapa orang suka bumbu lengkap (kalau orang Jawa bilang bumbu jangkep) dengan tambahan Jahe, daun jeruk bahkan lengkuas. Tapi di keluarga saya sudah terbiasa seperti ini, jadi kembali ke sesuai selera ya.

SOP Pengolahan a.k.a. cara pembuatan : (sebenarnya ingin saya tulis m.f.l.a Pepes sih 😁)

  1. Semua bumbu (No. 1 – 9) dihaluskan.
  2. Campur dengan udang & tahu.
  3. Siapkan daun pisang yang sudah dipanaskan dia tas kompor sebentar, atau dijemur, agar lebih lentur
  4. Bungkus adonan dengan daun pisang untuk kemudian di kukus.

Untuk yang kesusahan daun pisang, masukkan saja ke kontainer kecil, bisa dipisahkan sekiranya untuk sekali makan, atau sesuai selera. Lanjut dikukus.

Pepes Udang siap untuk dihidangkan ya.. dan kemudian dimakan, jangan cuma dihidangkan tanpa dimakan..

Selamat mencoba dan semoga berhasil

-di tengah rehat Jum’at yang terlalu sayang untuk dilewatkan begitu saja-

Unique : Karena Tak Perlu Harus Sama

Allah ciptakan manusia berbeda, untuk saling mengenal

Each person is unique and irreplaceable

Everyone got his own features

In everyone chest, beat a different heart

-anonim-

Tiap manusia diciptakan berbeda. Jadi tak perlu lah dibandingkan, pun disamakan. Karena sejatinya memang tak akan pernah sama.

Tiap individu lahir dengan pembawaan masing-masing. Seseorang dengan pembawaan easy tak akan selalu melahirkan anak dengan sifat yang sama, pun demikian sebaliknya. Pun ketika sang kakak memiliki tipe difficult maka bukan mustahil pula sang adik akan lahir dengan pembawaan berbeda.

Bukankah kita tidak ingin disamakan bahkan dibandingkan dengan orang lain? Maka sebaiknya kita pun berlaku yang sama, sesuai dengan apa yang kita ingin orang lain lakukan pada kita. Bersyukur dengan apa yang ada, dan terus semangat untuk berusaha menjadi orang yang taqwa..

di tengah jam istirahat kerja, 18 Ramadhan 1443 –

Menyusui : Sebuah Perjalanan Religi

Kutipan dari Al-Quran #muslimpro http://go.muslimpro.com/1iKa

Disclaimer : isi postingan ini adalah pendapat serta berdasarkan pada pengalaman pribadi.

Adakah yang tidak tahu apa itu menyusui? Rasanya semua orang minimal tahu dan punya gambaran umum tentang menyusui. Yap, inilah pengertian menurut KBBI: me·nyu·sui v memberikan air susu untuk diminum (kepada bayi dan sebagainya) dari buah dada; memberi air susu kepada:

Ketika tahu hamil anak pertama, saya sering mencari informasi tentang menyusui, tentang proses IMD (Inisiasi Menyusu Dini), tentang ASI. Pada mulanya yang ada di pikiran adalah menyusui adalah hal yang natural, sudahlah tinggal bayi mangap terus hap, selesai perkara.

Namun kenyataannya tidak seperti itu, perlu ilmu yang mumpuni juga, perlu teknik khusus dalam menjalani proses menyusui. Alhasil saat anak pertama lecet mendera saat awal menyusui. Yang kemudian berulang seiring bertambahnya usia anak karena banyaknya distraksi.

Baca kusah lengkapnya di MengASIhi Una. Kisah stok ASIP di ASIP untuk Una. Kisah pergi keluar negeri dengan tetap pompa ASI di ASIP yang turut mengudara, hingga kisah proses menyapih di WWL : 2 years journey.

Sekarang saya sedang menjalani proses menyusui di anak kedua (12 bulan). Karena bekal ilmu sudah lebih banyak, maka awal proses berjalan nyaris tanpa halangan berarti. Tapi, tetap ada kalanya puting lecet, karena bayi yang disusui adalah juga bayi baru.

Kadang, ada saat dimana rasa bosan datang dan membuat saya enggan memompa ASI. Kadang, ada rasa sakit karena lecet yang membuat saya menunda menyusui padahal anak sudah meminta. Ada perasaan up and down selama perjalanan menyusui.

Kemudian suatu ketika, ada hal yang membuat saya ingat bahwa menyusui ini sebenarnya perintah Allah loh. Menyusui bukan sekedar memberikan ASI namun lebih kepada perjalanan religi. Jelas sekali tertulis di Al Qur’an Surat Al Baqarah ayat 233 bahwa Allah perintahkan para ibu untuk menyusui, dan menggenapkan hingga 2 tahun bagi yang ingin menyempurnakan. Bahwa jauh sebelum ilmu pengetahuan meneliti manfaat ASI bagi ibu dan bayi, jauh sebelum ada teori 1000 HPK, sudah ada perintah Allah untuk ini. Ilmu pengetahuan pun perlahan memperkuat perintah ini.

Jauh lebih dalam, di samping manfaat yang sudah jelas, maka sebenarnya proses ini juga ada kaitan dengan taqwa, bagaimana kita menjalani perintah Allah. Bagaimana kita memilih untuk berusaha memenuhi perintahNya.

Di ayat yang sama pula peran ayah juga disinggung. Bahwa memang menyusui itu peran ibu secara langsung, namun ada peran ayah secara tidak langsung yaitu dengan nafkahnya. Bisa dibayangkan jika ibu menyusui tidak didukung ayah, tidak diberikan nafkah oleh ayah, maka sangat mungkin proses menyusui akan menemui banyak rintangan. Saya jadi teringat tagline dari organisasi @id_ayahasi yaitu “bikinnya berdua, ngurus anaknya juga berdua”. Bahwa menyusui bukan hanya tugas ibu tapi juga ayah.

Tantangan? Pastinya ada. Ilmu? Pastinya amat sangat dibutuhkan. Jika Allah perintahkan, rasanya pasti Allah juga akan berikan jalan. Tinggal kita memilih jalan mana yang kita pakai.

Mungkin, jika tidak menyadari bahwa menyusui adalah perintah Allah, mungkin juga saya akan menyerah begitu saja. “Lecet nih, yasudah berhenti. Stok ASIP habis, yasudah biar saja”. Dengan merasakan bahwa sebenarnya proses ini adalah salah satu bagian dari perintah Allah, maka insyaAllah saya bisa lebih sabar, bisa lebih berfikir positif. Jika kesakitan karena lecet, tidak lagi marah tapi berdoa “semoga dengan rasa sakit ini, Allah berkenan menghapuskan dosa saya”. Jika masih harus bangun malam karena menyusui, tidak lagi mengeluh, hanya berharap “semoga dengan lelah ini, Allah jadikan kebaikan untuk saya dan juga anak saya”. Dan lain sebagainya.

Apakah ibu yang tidak menyusui berarti tidak bertaqwa, atau ayah yang istrinya tidak menyusui berarti tidak menjalankan perintahNya? Maka Allah Maha Melihat, seberapa besar usaha yang ibu lakukan untuk berusaha agar dapat menyusui. Pun jika ternyata ada udzur, ada halangan yang tidak memungkinkan, pasti itu pun datangnya dari Allah juga. Seseorang tidak dibebani melebihi kesanggupannya. Maka, akan sangat baik untuk tetap berusaha baik secara lahir maupun batin dengan terus meminta pada Allah. Namun jika ingin menyudahi (menyapih) dengan kesepakatan ibu dan ayah, maka dijelaskan tidak ada dosa. Biarlah Allah yang menentukan akhir kisah ini.

Maka semua berasal dari Allah dan akan kembali pada Allah. Wallahu’alam bisshowab.

Ditengah siang 20 Ramadhan 1442H, sembari menyusui Uno Afilio-

Menulis : Self Love

Beberapa buku catatan yang ku punya. Ada yang sudah entah dimana 😄

Baru sadar beberapa waktu lalu ketika si sulung Una berkata “mi, banyak ya bukunya”. Aku tersenyum, karena masih ada lagi notebook yang sengaja aku tinggalkan di meja kantor, serta diary lama yang sudah entah kemana.

Beberapa buku yang ku beli sendiri, ada pula yang pemberian sahabat. Karena memang sahabat yang mengenalku dekat sangat paham bahwa aku suka menuliskan hal-hal tertentu di buku. Masing-masing buku pun berisi hal yang berbeda. Mulai dari puisi, diary, kata mutiara dan atau penyemangat dan yang terakhir aku khususkan untuk proses Self-love.

Notebook terbaru

Sejak kecil, entah mulai kapan tepatnya, aku memang suka menulis. Lebih tepatnya menulis diary. Mungkin karena merasa sepi, merasa butuh untuk mengekspresikan diri, meluapkan emosi dari dalam hati, dan atau sekedar menceritakan kejadian lucu yang ku alami di hari itu.

Baca : Ketika Menulis Mulai Menjadi Kebutuhan

Dari yang awalnya hanya iseng, aku menemukan sebuah korelasi antara diriku dan proses menulis. Aku yang cenderung sulit mengungkapkan sesuatu dengan bahasa lisan, merasa nyaman dengan menuliskan apa yang kurasa, apa yang ingin ku sampaikan melalui tulisan. Ya, karena tak akan ada sanggahan sebelum aku selesai mengungkapkan.

Perlahan kini, buatku, menulis adalah sarana me time yang aku bisa lebih mengenali kembali diriku. Ya, aku sebagai Yulia Retno Purwaningsih. Bukan sebagai istri, ibu, anak, kakak, dan sebagainya. Aku sebagai diriku. Menyelami, mengapresiasi, menyayangi diri sendiri. Melepaskan sejenak status lain, dan berbicara dengan diri ini. Apa yang ku rasa, apa yang ku ingin, apa yang ku butuh saat ini.

Memenuhi kebutuhan diri untuk menjadi diri sendiri itu tidak salah, demi bisa berperan penuh pada saatnya kembali menjadi istri, ibu, anak, kakak, dan lainnya. Karena pada saatnya nanti, kita hanya akan kembali menjadi diri kita sendiri.

ditulis sembari menunggu jadwal webinar-

Hamil dan Melahirkan di Masa Pandemi

Bawaan wajib di masa pandemi

Disclaimer : postingan ini cukup panjang dan akan ada foto freezer yang penuh simpanan ASIP

Kehamilan kali ini adalah pengalaman kedua untuk saya. Sebelumnya, saya hamil di tahun 2015. Mungkin karena bukan yang pertama, saya jadi lebih santai menghadapi tiap momen perubahan baik secara fisik maupun mental.

Saya tahu bahwa saya hamil di bulan september 2019, ketika seharusnya menstruasi datang di tanggal 20an awal namun tak kunjung datang hingga akhir bulan. Saat itu sama sekali belum ada hal apapun terkait Covid-19. Sama sekali belum ada kabar tentang pandemi dan sebagainya.

Masa awal kehamilan saya lalui seperti kehamilan pertama. Bahkan di bulan Desember saya sempat pergi ke Bogor menggunakan pesawat ketika usia kehamilan memasuki 19minggu.

Memasuki awal 2020, Covid-19 masih nun jauh di China sana. Bahkan belum ada kasus pertama di Indonesia. Saya masih sempat staycation bersama suami dan anak pertama ke Malang. Semua masih seperti biasa. Tanpa ada keluhan ataupun kendala.

Sampai pada akhirnya kasus pertama di Indonesia dikonfirmasi pada 2 Maret 2020. Semua berubah. Protokol kesehatan yang makin gencar, physical distancing digalakkan, pembatasan sosial berskala besar mulai diterapkan.

Kontrol kehamilan menjadi tidak semudah biasanya. Aturan jumlah orang dibatasi, dan sebagainya. Bahkan untuk sementara waktu, jika tidak ada keluhan maka disarankan untuk tidak kontrol.

Di sisi lain, kantor suami memberlakukan sistem WFH alias Work From Home selama pandemi. Tidak sepenuhnya, namun bergilir hanya untuk mengurangi jumlah orang yang berada di kantor. Dari 5 hari kerja, suami 3 hari berangkat ke kantor, 2 hari WFH. Sementara bagi saya tidak ada istilah WFH karena bekerja di industri manufaktur obat dan kosmetik.

Hikmah pertama dari pandemi adalah dengan suami bekerja sistem WFH jadi suami lebih sering di rumah dan persiapan persalinan lebih banyak dilakukan suami. Memilah dan memilih baju lama Una yang masih bisa dipakai mencuci dan memasukkannya ke dalam kontainer, mengatur ulang kamar, menyusun box bayi, semua dilakukan suami.

Hikmah kedua, dengan adanya aturan PSBB serta PerGub & PerBup yang di dalamnya berisi anjuran ibu hamil bekerja dari rumah, saya dapat cuti hamil penuh 3 bulan. Terhitung 1 bulan sebelum dan 2 bulan setelah melahirkan. Karena 28 April mulai diberlakukan PSBB, saya pun sekalian cuti di 27 April.

Alhamdulillah, bisa fokus menjalankan Ramadhan di rumah saja, fokus menemani Una yang sudah sekolah dari rumah sejak pertengahan Maret sebelum nanti adiknya lahir. Menikmati quality time bersama si anak sulung yang sebentar lagi belajar berbagi kasih sayang.

Baca : New Normal Life

Sesuai protokol, selama pandemi maka setiap ibu hamil yang akan melahirkan diharuskan menjalani rapid test. Alhamdulillah hasilnya non reaktif sehingga bisa menjalani persalinan dimana saja. Masa pasca persalinan saya terbilang cukup mudah. Suami yang masih WFH sangat membantu karena saya merasakan dia sangat berperan dan belajar (lagi) menjadi ayah bagi bayi baru lahir (karena dulu memang kesepakatannya adalah jika ada anak maka suami ikut serta penuh dalam pengasuhan). Suami juga sudah lebih berpengalaman dibandingkan masa anak pertama dengan ritme kerja harian yang harus ke kantor. Jadilah saya terbebas dari babyblues seperti yang terjadi pada masa anak pertama

Baca : My Babyblues Syndrome

Karena pandemi ini, hampir tidak ada kerabat atau teman yang berkunjung ke rumah. Saya jadi lebih leluasa untuk menyusui dan memompa mengumpulkan tetesan dan rembesan ASI menggunakan Silicone breastpump. Saya tidak mengkhususkan waktu untuk memonpa ASI, hanya mengumpulkan bersamaan dengan menyusui langsung, yang mana akan sulit jika banyak orang atau tamu ke rumah.

Baca : Silicone Breastpump

Alhamdulillah hasil nadah rembesan ASI saat menyusui langsung cukup banyak. Memang, ada harga yang harus dibayar yaitu waktu tidur, karena harus tetap duduk ketika menyusui.

Stok ASIP untuk Uno

Kini, dengan kondisi masih pandemi, protokol kesehatan harus selaku dipatuhi. Selain untuk diri sendiri, karena ada anak-anak yang harus dilindungi.

Rindu memang berat, namun tak akan pernah sebanding dengan kesehatan dan keselamatan orang-orang tersayang, termasuk anak-anak kita. Meski rindu untuk keluar rumah dengan bebas tanpa masker, rindu bertemu sanak saudara, berkumpul bersama teman, makan bersama, namun kesehatan dan keselamatan adalah yang utama.

Semoga Allah berikan kesehatan bagi kita semua. Aamiin..

sembari menanti terkumpulnya tetesan kASIh sayang, bersama lembaran yang tengah menunggu untuk dapatkan goresan tanda tangan

Pertama

The one and only Una

Dia yang pertama diharapkan kehadirannya. Yang dengan datangnya membawaku terlahir menjadi sosok baru. Ibu.

Dia yang pertama membuatku belajar banyak hal. Mengajarkanku bagaimana mencintai orang lain lebih dari diriku, membuatku merasa hadirku sangat berarti.

Dia yang pertama menjadikanku pribadi tangguh, setegar karang yang diterpa ombak demi sesosok makhluk mungil nan cantik yang lelap dalam dekapan.

Dia, anak pertama yang dengan ikhlas belajar menyayangi dan berbagi kasih sayang, yang dulu sepenuhnya miliknya.

Dia, anak pertama yang tak pernah lupa mengingatkanku untuk selalu tersenyum manakala sedih menghampiri.

Dia, anak pertama yang tak jarang menjadi tempat luapan emosi ketika lelah dan masalah datang tak terkira.

Dia, anak pertama yang telah dengan sangat sabar menanti pelukan hangat ketika sang adik tak ingin lepas dari timangan.

Dia, anak pertamaku, yang sangat ku nantikan hadirnya, yang dengan lahirnya dia maka aku pun lahir menjadi sosok baru. Yang dengannya ku habiskan malam penuh kehangatan.

Tak kan habis cintaku untukmu anak pertamaku

Kan selalu ada pelukan hangat untukmu Una

Baca :

-ketika mata belum ingin terpejam, sembari memandang lekat sang adik-